Minggu, 29 Mei 2011
Sabtu, 28 Mei 2011
Sabtu, 21 Mei 2011
Wisata Religi di Bangkalan
Mesjid di Kawasan Makam Mbah Cholil
Bangkalan - Makam Mbah Cholil, yang berada di Bangkalan - Jawa Timur, merupakan salah satu kawasan penting di pulau madura yang banyak dikunjungi para peziarah, selain Makam Air Mata Ebuh (Arosbaya, Bangkalan), Pesarean Batu Ampar (Omben, Sampang) dan Asta Tegggih (Sumenep). Kompleks makam ulama besar ini pada beberapa tahun terakhir telah mendapatkan perhatian yang cukup besar dari Pemerintah Daerah Bangkalan, terutama sejak daerah ini dipimpin oleh Bupati R.KH. Fuad Amin Imron SPd. yang merupakan cucu Mbah Cholil.
Salah satu sudut penting yang mendapatkan sokongan anggaran pembangunan dari Pemda Bangkalan adalah mesjid yang terletak di kawasan kompleks makam. Tempat ibadah ini, selain mengalami peremajaan yang dilengkapi fasilitas untuk memenuhi kebutuhan jama'ah yang mau shalat, wajahnya mesjid semakin dipercantik dengan berbagai ornamen dan kaligrafi yang menarik.
Sabtu, 14 Mei 2011
Melestarikan Bangunan Cagar Budaya di Bangkalan
Benteng peninggalan kolonial Belanda
Terdapat sejumlah bangunan tua yang merupakan peninggalan masa kolonial, adalah objek yang masih menarik untuk dikunjungi oleh siapapun. Diantara bangunan bersejarah yang terdapat di Kabupaten Bangkalan selain Mercusuar di desa Sembilangan, adalah bekas benteng pertahanan Belanda.
Terletak di tengah kota Bangkalan, tepatnya di kawasan Sumur Kembang, Kelurahan Pejagan. Dikenal dengan nama " ERFPRINS", diambil dari nama kecil Raja Williem III, sebelum dilantik menjadi Raja Belanda (1817 1890). Bangunan ini dikelililingi tembok setinggi 4,5 meter dengan ketebalan tembok 0,5 meter. Di dalam areal bangunan itu terdapat beberapa gedung dengan luas 980 m2. Total seluruh bangunan peninggalan belanda tersebut 7.249 m2. Karena memiliki nilai historis yang tinggi dalam catatan sejarah perjalanan bangsa Indonesia, maka Pemerintah melalui Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Trowulan (BP3 Trowulan,Jawa Timur), sejak tanggal 12 Desember 2003 menetapkan Benteng "ERFPRINS" sebagai salah satu Cagar Budaya di Kabupaten Bangkalan.
Berdasarkan catatan sejarah yang ada, Benteng "ERFPRINS" selain berfungsi sebagai benteng pertahanan Belanda, juga difungsikan sebagai Kantor Residen Madura Barat pada masa Panembahan Sedo Mukti pada periode pemerintahan tahun 1745-1770 dan digunakan juga sebagai Markas Brimob pada tahun 1960-an.
Benteng "ERFPRINS" merupakan bukti sejarah keberadaan Kerajaan Madura Barat, hal ini tertulis jelas di manuskrip GEDENK BOEK (Buku Kenang-kenangan) yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dari bahasa Belanda oleh R.A.A. Cakraningrat Bupati ke III Bangkalan.
Namun sayang, tampaknya tidak setinggi nilai sejarahnya pada jama dulu. Karena tidak terawat secara baik, kini bangunan yang merupakan cagar budaya ini hanya tinggal menjadi bangunan lapuk dan bahkan nampak mengurangi keindahan kota.
Terletak di tengah kota Bangkalan, tepatnya di kawasan Sumur Kembang, Kelurahan Pejagan. Dikenal dengan nama " ERFPRINS", diambil dari nama kecil Raja Williem III, sebelum dilantik menjadi Raja Belanda (1817 1890). Bangunan ini dikelililingi tembok setinggi 4,5 meter dengan ketebalan tembok 0,5 meter. Di dalam areal bangunan itu terdapat beberapa gedung dengan luas 980 m2. Total seluruh bangunan peninggalan belanda tersebut 7.249 m2. Karena memiliki nilai historis yang tinggi dalam catatan sejarah perjalanan bangsa Indonesia, maka Pemerintah melalui Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Trowulan (BP3 Trowulan,Jawa Timur), sejak tanggal 12 Desember 2003 menetapkan Benteng "ERFPRINS" sebagai salah satu Cagar Budaya di Kabupaten Bangkalan.
Berdasarkan catatan sejarah yang ada, Benteng "ERFPRINS" selain berfungsi sebagai benteng pertahanan Belanda, juga difungsikan sebagai Kantor Residen Madura Barat pada masa Panembahan Sedo Mukti pada periode pemerintahan tahun 1745-1770 dan digunakan juga sebagai Markas Brimob pada tahun 1960-an.
Benteng "ERFPRINS" merupakan bukti sejarah keberadaan Kerajaan Madura Barat, hal ini tertulis jelas di manuskrip GEDENK BOEK (Buku Kenang-kenangan) yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dari bahasa Belanda oleh R.A.A. Cakraningrat Bupati ke III Bangkalan.
Namun sayang, tampaknya tidak setinggi nilai sejarahnya pada jama dulu. Karena tidak terawat secara baik, kini bangunan yang merupakan cagar budaya ini hanya tinggal menjadi bangunan lapuk dan bahkan nampak mengurangi keindahan kota.
Perlu ada perhatian khusus dari Pemerintah Daerah agar bangunan yang bernilai sejarah ini dapat dipelihara dan dirawat, sebagaimana upaya yang dilakukan oleh daerah lain di tanah air atas peninggalan sejarahnya. Maka upaya untuk melestarikan peninggalan jaman penjajahan ini sudah waktunya untuk segera dilakukan.
Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan mempertahankan kelestarian bangunan tua ini, selain untuk tujuan melestarikan nilai-nilai sejarah perjuangan rakyat bangkalan dalam mengusir penjajah (Belanda), juga untuk meningkatkan arus kunjungan wisatawan dalam dan luar daerah yang berdampak pada peningkatan perekonomian dan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Untuk tujuan ini, maka perlu secara resmi menetapkan bangunan benteng ini sebagai salah satu objek wisata di Bangkalan, sebagaimana halnya bangunan mercu suar di Sembilangan yang mana sampai saat ini masih terawat baik dan banyak dikunjungi orang.
Langganan:
Postingan (Atom)